Tanpa jiwa, maka ruh tak berkepribadian sebagai suatu makhluk tertentu. Jiwalah yang membedakan antara manusia dengan jin atau malaikat.


 JIWA

Jiwa adalah sebuah cetakan terhadap ruh. Ruh dicetak dari sesuatu di luar ruh. Seperti air yang diletakkan di suatu wadah, sehingga air mengikuti bentuk wadahnya.

Ada wadah berbentuk malaikat, manusia, jin & hewan juga tumbuhan. Wadah ini adalah pencetak yang menampakkan cetakan jiwa.

  • Makhluk binatang adalah ruh yang diberi cetakan (jiwa) kebinatangan. Suatu jiwa (yang) rendah.
  • Makhluk malaikat adalah ruh yang diberi cetakan (jiwa) kemalaikatan. Suatu jiwa (yang) tinggi.
  • Demikian pula, makhluk jin & makhluk manusia adalah ruh yang diberi cetakan (jiwa) dari berbagai bentuk mulai dari jiwa kebinatangan sampai kepada jiwa kemalaikatan — dari jiwa (yang) rendah sampai jiwa yang tinggi.

Jiwa adalah kepribadian dari ruh.

JIWA YANG KUAT

Adalah jiwa yang tetap berada pada posisi tertentu sampai batas waktu yang diperlukan — selama mungkin.

Manusia yang berjiwa kuat, adalah manusia yang jiwanya mencerminkan kemanusiaan, bukan menunjukkan cetakan kebinatangan — jiwa rendah.

KEPRIBADIAN & TUBUH

Tanpa jiwa, maka ruh tak berkepribadian sebagai suatu makhluk tertentu. Jiwalah yang membedakan antara manusia dengan jin atau malaikat.

Demikian pula fisik kita dibentuk menyesuaikan jenis cetakan (jiwa) — kepribadian.

Suatu keserasian. Jika suasana ceria maka sebaiknya jangan musik yang menyedihkan.

Demikian pula jika cetakannya berjenis kemanusiaan, maka wadah (tubuh bagi) cetakan (jiwa)-nya haruslah berbentuk yang bercirikan kemanusiaan.

JIWA YANG LEMAH

Mereka yang berkepribadian baik adalah mereka yang berjiwa kuat sesuai dengan jenis tubuhnya.

Manusia yang berkepribadian baik adalah manusia yang menjaga jiwanya tetap kuat di level yang sesuai dengan (bentuk yang mencirikan) kemanusiaannya.

Manusia yang buruk adalah manusia yang jiwanya menunjukkan cetakan yang bercirikan kehewanan atau bercirikan kemalaikatan sepanjang waktu lebih dominan dibanding jiwa kemanusiaan. Ini menunjukkan jiwa yang lemah — goyang, tidak kokoh yang tidak mencirikan bentuk fisiknya sebagai manusia.

Contoh sederhana, manusia yang mengurangi mengkonsumsi makanan atau tidak menikah, maka keadaan jiwa kemalaikatan seperti ini tidak sesuai dengan ciri (tubuh) kemanusiaan, kecuali hanya sebatas beberapa waktu saja yang tidak mendominasi sepanjang hidupnya.

BATAS JIWA

Jiwa itu sedemikian beragam batasnya. Ada jiwa kemanusiaan yang penuh emosional. Ada jiwa kemanusiaan yang penuh ketenangan dan yang berada di antaranya.

Demikian pula malaikat dan jin, walau berbeda nuansa.

Pada awalnya jiwa seseorang terbatas, namun seiring waktu dalam kehidupan, jiwanya dapat meluas, lebih sabar, lebih tenang

Jiwa itu bagaikan alat musik tertentu yang siap menampilkan getaran nada tinggi atau rendah.

Ada juga alat musik yang kurang berkualitas, sehingga bagaimanapun diusahakan menampakkan melodi, tetap saja kurang nyaman di pendengaran. Bisa jadi dari awalnya kurang di atur (tuning). Tetapi dengan kelemahan itulah terkadang menampakkan nada tersendiri yang unik.

Ibaratnya, beda makhluk, beda pula jenis alat musiknya.

Bagaimanapun kita usahakan agar gitar menjadi lebih baik, lebih merdu suaranya, tetap saja sulit menampilkan suara dari alat musik yang berbeda.

Ada perkecualian pada manusia & jin, dimana, mereka bagai alat musik tertentu yang sedemikian besar dan terbuat dari potongan-potongan.

Sehingga, jika diinginkan mereka, manusia & jin mampu membongkar pasang jiwanya agar membentuk jiwa yang lain sebagai binatang atau malaikat.

SINKRONISASI JIWA & TUBUH

Ketika manusia merombak bentuk jiwanya yang juga selaras dengan bentuk fisiknya, menjadi bentuk jiwa yang sehat/sakit, maka tubuh juga akan merefleksikan keadaan sehat/sakit.

Atau ketika jiwa terlalu lama berada dalam bentuk jiwa kemalaikatan, maka keadaan tubuh akan menyesuaikan sedemikian rupa sehingga menjadi tiada minat untuk makan/minum/menikah.

MEMBENTUK JIWA

Jiwa itu sendiri adalah ruh yang dibentuk. Dicetak (dibentuk) oleh bawah sadar.